Jenis Hama Ulat kantong serta siklus hidup ulat Kantong Pada Kelapa Sawit

Jenis Hama Ulat Kantong Perkebunan Kelapa Sawit

Dari segi frekuensi dan luasan serangan, ulat kantong biasanya hanya kalah dengan ulat api. Ulat ini dinamakan ulat kantong karena larva dan pupanya terbungkus kantong. Hal ini yang menyebabkan sangat sulit dikendalikan. cara membasmi ulat kantong kelapa sawit dengan Aplikasi insektisida akan terhalang oleh kantongnya sehingga aplikasi insektisida membutuhkan waktu yang tepat agar lebih efektif memunuh ulat kantung. Jenis ulat kantong yang biasanya menyerang kelapa sawit saat ini adalah Metisa plana, Mahasena corbetti, dan Pteroma pendula. Distribusi ketiga ulat kantung berbeda-beda. Jensi ulat kantong Metisa plana merupakan ulat kantung yang paling sering muncul dengan kerusakan yang sangat berat dan luas. Distribusinya lebih bervariasi, yang hampir ditemukan di seluruh Sumatera dan Kalimantan. Jenis ulat kantong Mahasena corbetti meskipun kosumsinya lebih banyak namun terjadi outbreak hanya pada daerah-daerah tertentu saja misalnya Kalimantan Selatan. Sedangkan Jenis ulat kantong Pteroma pendula sebenarnya jarang menimbulkan kerugian yang berarti di perkebunan kelapa sawit. Pada akhir-akhir ini ditemukan ada jenis ulat kantong baru yang menyerang kelapa sawit yaitu Clanis tertia. Biasanya ulat kantung ini menyerang tanaman akasia, kakao, dan lain-lain. Namun dengan berubahnya vegetasi tanaman tersebut ke kelapa sawit menyebabkan jenis ulat kantong Clania tertia juga menyerang kelapa sawit. Serangan Clania tertia banyak terjadi di daerah Riau. Ulat kantung ini mempunyai ukuran yang paling besar diantara ketiga ulat kantung terdahulu, serta mempunyai daya rusak atau konsumsi pakan yang paling besar. Gejala yang ditimbulkan oleh ulat kantung Clania tertia juga berbeda dengan ulat kantung umumnya. Tanaman kelapa sawit akan menjadi melidi apabila serangan ulat kantung Clania tertia dalam kategori serangan berat.
Gejala dan Kerusakan Serangan yang ditimbulkan oleh Metisa plana pada daun kelapa sawit terlihat seperti terbakar. Pada larva instar awal bagian yang dimakan adalah bagian epidermis atas daun, sedangkan untuk larva instar akhir, bagian yang dimakan adalah epidermis bawah (Susanto, 2010). Serangan yang ditimbulkan oleh Mahasena corbetti pada daun kelapa sawit terlihat seperti berlubang, kemudian melidi dan mongering. Pada larva instar awal bagian yang dimakan adalah bagian epidermis atas daun, sedangkan untuk larva instar akhir, bagian yang dimakan adalah epidermis bawah (Susanto, 2010).
Serangan yang ditimbulkan oleh Pteroma pendula pada daun kelapa sawit terlihat seperti berlubang dan mengering. Pada larva instar awal bagian yang dimakan adalah bagian epidermis atas daun, sedangkan untuk larva instar akhir, bagian yang dimakan adalah epidermis bawah (Susanto, 2010).
Gejala kerusakan pada daun yang terserang mengakibatkan daun menjadi melidi dan kering. Daya makan Clania lebih tinggi 2 dibandingkan ulat kantung lain, mencapai 4,8 - 5,4 cm per hari (Rozziansha et al., 2011).
Gulma dan tumbuhan bermanfaat yang menjadi inang alternatif predator alami/musuh alami dari Clania tertia diantaranya, adalah Nephrolepis biserrata, Crassocephalum crepidioides, Axonopus compressus, Mikania micrantha, Melastoma affine, Cyperus sp., Acacia mangium, Emilia sonchifiloa, Asystasia gangetica var micrantha dan tukulan sawit

jenis ulat kantong dan Siklus hidup ulat kantong

Metisa plana

 Metisa plana merupakan salah satu hama pada perkebunan kelapa sawit di indonesia. jenis ulat kantong ini biasanya memakan bagian atas daun, sehingga bekas gigitannya mengering dan berlubang. Daun yang mengering akan digunakan sebagai bahan pembuat kantung ulat tersebut. Telur berwarna kuning pucat dan berbentuk seperti tong yang mempunyai lapisan korion yang halus. Telur akan berubah warna menjadi kecoklatan menjelang penetasan. dan masa inkubasinya adalah 19,7 ± 0,3 hari. Produktifitas betina pada pembiakan di laboratorium lebih tinggi daripada betina yang hidup di alam bebas (158 ± 10,3 vs 99,9 ± 5,7 telur per betina), masih lebih rendah daripada spesies Famili Psychidae yang lain (Basri & Kevan, 1995). Produktifitas jenis ulat kantong M. plana relatif rendah jika dibandingkan dengan spesies ulat kantung yang lain: Mahasena corbetti [rerata keperidian mencapai 2000-3000 telur per betina, (Syed, 1978)], Eumeta variegata [± 300 telur/betina, (Yu, 1990)], dan Pteroma plagiophleps [± 1774 telur/betina (Howlader, 1990)]. Pembentukan kantong hampir sama pada semua instar. Setelah penetasan, instar pertama berada pada kantung pupa induk dan keluar dari bagian anterior kantong. Kemudian larva tersebut memotong jaringan dari permukaan daun kemudian dikaitkan satu sama lain dengan sutra. Seperti halnya dengan ulat kantong yang lain, pengenalan instar dibuat dengan mengukur lebar kapsul kepala larva (Basri & Kevan, 1995).
Ciri khas masing-masing instar adalah: instar 1, permukaan kantung relatif lembut; instar II, sedikit kecil dan sekeliling potongan daun yang terikat dengan longgar pada bagian ujung anterior kantung; instar III, lebih besar, potongan daun-daun berbentuk persegi panjang (sampai 6 potong) terikat pada bagian ujung posterior kantung; instar IV, lebih banyak potongan daun berbentuk bulat sampai persegi panjang yang terikat dengan longgar, terlihat seperti semak; instar V, kebanyakan potongan daun yang longgar menempel ke bawah, terlihat halus dan terdapat tanda putih yang menyempit; instar VI, semua potongan daun yang longgar menempel ke bawah dan tanda putih melebar sampai seperempat panjang kantung; instar VII, sama dengan instar VI tetapi dengan tanda putih yang lebih lebar dan lebih panjang (sepertiga panjang kantung) (Basri & Kevan, 1995).
Dimorphisme seksual juga tercatat pada ukuran pupa (jantan lebih kecil daripada betina). Panjang pupa jantan lebih pendek dibandingkan betina (± 8 - 12 mm vs ± 11 - 15 mm). Pupa jantan menggantung seperti kait pada permukaan bawah daun. Waktu perkembangan pupa jantan; 21,4 ± 0,3 hari sedangkan betina; 10,0 ± 0,4 hari. Waktu perkembangan pada betina yang lebih pendek dapat dihitung dari karakteristik morfologi betina yang sederhana (Basri & Kevan, 1995).
Jantan Metisa plana akan menjadi imago ngengat. Ngengat ulat kantong mempunyai rentang sayap hingga 12 - 20 mm. Sayap berwarna cokelat kehitaman dan dapat hidup 1 - 2 hari dalam kondisi laboratorium untuk melakukan kopulasi. Betina ulat kantung dewasa tanpa sayap, dan menghabiskan seluruh hidupnya di dalam kantung. Betina dapat hidup sampai 7 hari dan dapat menghasilkan telur sebanyak 100-300 butir serta akan mati setelah telur menetas (Basri & Kevan, 1995; Rhainds et al., 2009; Sudharto, 1991). Secara umum waktu yang dibutuhkan Metisa plana dalam menyelesaikan hidupnya sekitar 70 - 90 hari (Sudharto, 1991). Penetasan telur membutuhkan waktu 19 - 20 hari, masa perkembangan larva sekitar 50 - 60 hari, sedangkan fase pupa betina membutuhkan waktu 9 - 10 hari dan jantan 21 hari. Imago jantan dapat hidup 1 - 2 hari. Terdapat perbedaan jumlah hari pada siklus hidup betina dan jantan Metisa plana. Jantan bisa mencapai instar 6, sedangkan betina dapat mencapai instar 7 (Basri, 1993; Basri & Kevan, 1995). Waktu perkembangan total dari telur hingga dewasa antara jantan dan betina adalah sama. Meskipun betina memerlukan waktu yang lebih lama daripada jantan pada fase larva, sedangkan pada fase pupa mempunyai morfologi yang lebih sederhana dibandingkan jantan, sehingga tahapan siklusnya lebih pendek. Waktu perkembangan yang berbeda pada fase larva dan pupa seperti ini juga dialami Famili Psychidae yang lain.

Mahasena corbetti 

Hama ulat kantong mahasena corbetti


Hama ini menyerang daun pada semua tingkat umur tanaman. Larva hidup di dalam kantung yang terbuat dari potongan dedaunan diikat dengan benang-benang dari air liurnya. Bentuk kantungnya kasar dan tidak teratur, berwarna cokelat kemerahan. Larva muda berada di permukaan atas daun, selanjutnya merambat ke permukaan bawah daun. Serangan biasanya pada daun-daun bagian atas. Telur berwarna kuning pucat dan berbentuk oval. Telur akan menetas setelah 16-18 hari. Jumlah telur yang dihasilkan betina Mahasena corbetti sekitar 1000- 3000 butir (Wood, 1968; Syed, 1972; Sudharto, 1991).
Ukuran pupa jantan lebih kecil daripada betina. Panjang pupa jantan lebih pendek dibandingkan betina (± 30 mm vs ± 50 mm) (Sudharto, 1991). Pupa seperti tumpukan potongan daun yang tidak teratur. Masa pupasi mencapai 30 hari. Pupa menggantung pada permukaan bagian bawah daun. Jantan Mahasena corbetti akan menjadi imago ngengat. Ngengat jantan berupa kupu-kupu berwarna cokelat, rentang sayapnya 30 mm dan dapat hidup kurang dari 3 hari. Betina ulat kantung dewasa tanpa sayap, dan menghabiskan seluruh hidupnya di dalam kantung. (Sudharto, 1990). Siklus hidup dari telur sampai dengan pupa berlangsung selama empat bulan atau 120 hari yang terdiri dari stadium telur selama 18 hari, stadium larva terdiri dari 11 - 12 instar selama 75 - 82 hari, kemudian dilanjutkan dengan stadium pupa selama 30 hari. Mahasena corbetti mengalami fase perkembangan sampai 12- 13 instar. Larva yang baru menetas makan dan membuat kantung dari daun kering yang berasal dari kantung induk betina. Panjang tubuh larva instar I sekitar 3-5mm, instar II sekitar 5-10mm, instar III sekitar 10-15mm, instar IV sekitar 15-20mm, instar V sekitar 20- 25mm, instar VI sekitar 25-30mm, instar VII sekitar 30-35mm, instar IX sekitar 35-40mm, instar X sekitar 40-45mm, instar XI dan instar XII sekitar 45-50mm. Larva instar awal Mahasena corbetti sangat aktif makan pada instar I sampai instar III dan larva sedang (IV sampai dengan VII). Ukuran panjang kantung M. corbetti jantan dapat mencapai 30mm, sedangkan betinanya 50mm.

Pteroma pendula 

Pteroma pendula merupakan salah satu jenis ulat kantong yang menyerang perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Jenis ini mirip dengan M. plana, bersifat polifag. Selain pada kelapa sawit, kerap juga menyerang daun sagu, kakao, kopi, Acacia, Albizia dan teh. Kadang kala menyerang bersama dengan M. plana. Kantongnya langsung menempel pada daun. Siklus hidupnya lebih pendek daripada siklus M. plana, sehingga dalam setahun Pteroma pendula dapat mencapai 8 generasi. Telur berwarna kuning pucat dan berbentuk oval. Telur akan menetas setelah 6-8 hari. Jumlah telur yang dihasilkan betina Pteroma pendula sekitar 65-70 butir (Loong et al., 2010). Larva Pteroma pendula mempunyai 6 instar (Loong et al., 2010), menurut Ramlah et al. (2007) terdapat 3 instar. Larva instar pertama membuat kantung dengan memakan lapisan daun dan sisa kantung induk betina. Kantung yang dibuat Pteroma pendula lebih halus dibandingkan Metisa plana. Ukuran pupa jantan lebih kecil daripada betina. Panjang pupa jantan lebih pendek dibandingkan betina (± 7,4 mm vs ± 8,1 mm) (Loong et al., 2010). Masa pupasi mencapai 14 hari. Pupa berbentuk kerucut dan menggantung dengan benang sutera yang panjang seperti pendulum pada permukaan bagian bawah daun. Secara umum waktu yang dibutuhkan Pteroma pendula dalam menyelesaikan hidupnya sekitar 49-50 hari. Penetasan telur membutuhkan waktu 6-8 hari, masa perkembangan larva sekitar 30-41 hari, Telur menetas setalah 6-8 hari, waktu yang dibutuhkan instar satu menjadi instar dua sekitar 5 hari; instar 2- 3, 4-5 hari; instar 3-4, 6-7 hari; instar 4-5, 5-6 hari; instar 5-6, 4-5 hari. Fase pupa betina membutuhkan waktu 10 hari dan jantan 14 hari. Imago jantan dapat hidup sampai 3 hari (Loong et al., 2010; Ramlah et al., 2007).

Clania sp. 

merupakan salah satu jenis hama ulat kantong baru yang menyerang perkebunan kelapa sawit di indonesia. jenis Ulat kantong ini berbeda dari ukuran, bentuk dan tingkat kerusakan dibandingkan ulat kantong yang biasa menyerang kelapa sawit, yaitu Metisa plana, Mahasena corbetti, dan Pteroma pendula. Ulat ini diduga sebagai hama yang mengalami outbreak akibat peralihan status lahan. Telur berwarna kuning pucat dan berbentuk oval. Jumlah telur yang dihasilkan betina Clania sp. mencapai 1.000-2.000 butir. Ukuran telur berkisar 0,5-0,73 mm.
Larva Clania sp. mempunyai ukuran yang lebih besar di bandingkan hama ulat kantung lain. Kantung yang dibuat sangat halus dan rapi. Ukuran larva instar akhir dapat mencapai 43 mm (Rozziansha et al., 2011). Ukuran dan panjang pupa jantan lebih kecil daripada betina. Panjang pupa mencapai 14,1 - 19,8 mm, dan kantung (kokon) pupanya 30,2 - 32,6 cm, sedangkan panjang pupa betina mencapai 18,1- 19,7 mm dengan kantung pupa mencapai 48 mm (Rozziansha et al., 2011).
Jantan Clania akan menjadi imago ngengat. Sayap berwarna cokelat kehitaman dengan rentang sayap 26 - 29 mm dan dapat hidup sampai 2 - 3 hari. Betina ulat kantung dewasa tanpa sayap, dan menghabiskan seluruh hidupnya di dalam kantung (Rhainds et al., 2009; Rozziansha et al., 2011). Hingga saat ini masih belum ketahui siklus hidup dari Clania sp. di perkebunan kelapa sawit.

Post a Comment for "Jenis Hama Ulat kantong serta siklus hidup ulat Kantong Pada Kelapa Sawit"