Upaya Pengendalian Hama Ulat Api Kelapa Sawit

Pengendalian Hama Ulat Api Kelapa Sawit

Pengendalian Hayati

Pengendalian Populasi di Bawah Ambang Ekonom

 Apabila hasil sensus menunjukkan popilasi ulat api di bawah ambang ekonomi maka tindakan upaya pengendalian hama ulat api tetap perlu dilakukan. Pengendalian yang paling cocok adalah pengendalian hayati. Pada saat ini pada setiap stadia ulat api sudah tersedia musuh alami ulat api (Sipayung et al., 1988). Dengan demikian diharapkan pengendalian akan berkesinambungan dan populasi ulat api selalu terjaga di bawah ambang ekonomi. Beberapa agens antagonis atau musuh alami ulat api telah banyak digunakan untuk mengendalikan ulat api. Agens antagonis atau musuh alami ulat api tersebut adalah Bacillus thuringiensis, Cordyceps militaris (Evans, 1987; Desmier et al., 1990; Papierok et al., 1993) dan virus Nucleo Polyhedral Virus (NPV). Bakteri B. thuringiensis efektif melawan S. nitens, D. trima dan S. asigna dengan tingkat kematian 90% dalam 7 hari (Ginting et al., 1995). Pada saat ini telah banyak tersedia di pasaran bioinsektisida berbahan aktif B. thuringiensis. Jamur Cordyceps militaris efektif memparasit pupa ulat api jenis S. asigna dan S. nitens. Jamur ini dapat diaplikasikan dalam formulasi khusus atau menggunakan hasil gerusan pupa yang terinfeksi. Dosis yang digunakan adalah 20 gram per piringan. Selain itu agens hayati lain yakni virus NPV digunakan untuk mengendalikan larva ulat api. Virus NPV ini bersifat sangat spesifik. Virus NPV Setothosa asigna hanya cocok untuk Setothosea asigna dan virus NPV Setora nitens hanya cocok untuk Setora nitens. Penggunaan larutan virus sebanyak 400 gram ulat terinfeksi virus per hektar cukup efektif serta 3,6 kali lebih murah dibandingkan dengan penggunaan pestisida. Walaupun pengaruhnya tidak secepat pestisida, akan tetapi kesesuaiannya sebagai metode pengendali yang berkesinambungan sangat tepat (Sudharto, 1991). Virus yang didapat hasil penyemprotan dapat digunakan kembali untuk pengendalian. Penyimpanan virus ini o yang penting adalah pada suhu -20 C. Aplikasi virus NPV dapat dilakukan dengan menggunakan mist blower atau fogger. Mist blower digunakan untuk tanaman rendah yaitu TBM atau TM remaja, sedangkan untuk tanaman tua dapat digunakan fogger.
Selain beberapa entomopatogen di atas, populasi ulat api dapat stabil secara alami di lapangan oleh adanya musuh alami yaitu, predator dan parasitoid. Predator ulat api atau musuh alami ulat api yang sering ditemukan adalah Eochantecona furcellata (Hemiptera: Pentatomidae) (Sudharto et al., 1990a, b) dan Sycanus leucomesus (Hemiptera: Reduviidae). Parasitoid atau musuh alami ulat api pada larva Setothosea asigna adalah Brachimeria lasus, Spinaria spinator, Apanteles aluella, Chlorocryptus purpuratus, Fornicia ceylonica, Systropus roepkei, Dolichogenidae metesae, dan Chaetexorista javana, sedangkan parasitoid telur S. asigna adalah Trichogrammatoidea thoseae (Hymenoptera: Trichogrammatidae). 
Parasitoid dapat diperbanyak dan dikonservasi di perkebunan kelapa sawit dengan menyediakan makanan atau biasa disebut tanaman bermanfaat bagi imago parasitoid tersebut seperti Turnera subulata, Turnera ulmifolia, Euphorbia heterophylla, Cassia tora, Boreria alata dan Elephantopus tomentosus (Desmier et al., 2002) . Oleh karena itu, clean weeding tidak dianjurkan dan tanaman-tanaman tersebut hendaknya tetap ditanam dan jangan dimusnahkan. Adanya penutup tanah dapat mengurangi populasi ulat api karena populasi musuh alami akan meningkat.

Pengendalian Gulma 

Pengendalian gulma sebaiknya tidak menggunakan sistem clean weeding. Hal ini akan mengurangi keragaman musuh alami ulat api dan parasitoid ulat api yang nantinya akan memicu ledakan hama ulat api. Konservasi parasitoid ulat api dengan menanam bunga Turnera subulata 

Upaya Pengendalian Hama Ulat api Populasi di Atas Ambang Ekonomi 

Upaya Pengendalian hama ulat api menggunakan mekanik Pemasangan Light trap

untuk menarik dan memerangkap imago jenis ulat api Setothosea asigna. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kopulasi dan penyebaran serta sebagai salah satu sarana monitoring. Kegiatan pemasangan Light trap dihentikan jika tangkapan ngengat per malamnya 5 ekor 

upaya pengendalian hama ulat api Pengendalian kimiawi Insektisida 

yang paling banyak digunakan pada perkebunan kelapa sawit untuk ulat api saat ini adalah deltametrin, sipermetrin dan lamda sihalothrin dan bahan aktif lain dari golongan pirethroid. Pengendalian dapat dilakukan berdasarkan umur tanaman. Pengendalian untuk tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat dilakukan dengan aplikasi penyemprotan yang menggunakan Mist blower. Pengendalian untuk Tanaman Menghasilkan (TM) dapat dilakukan dengan aplikasi penyemprotan dengan Mist blower tekanan tinggi atau pengasapan yang menggunakan fogger pada malam hari. Insektisida yang digunakan biasanya berbahan aktif sipermetrin dengan dosis 200-300 ml/ha.

Post a Comment for "Upaya Pengendalian Hama Ulat Api Kelapa Sawit"